Siaran Pers
4 Desember 2016
PERINGATAN MILAD TEUNTRA ATJEH MEURDEHKA (TAM) ASNLF/AM YANG KE-40
4 Desember 1976 – 4 Desember 2016
Kru Seumangat, Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, perayaan hari Pendeklarasian Kembali Kemerdekaan Aceh pada tanggal 4 Desember 2016 yang dikoordinir oleh Panglima Komando Tentara Acheh Merdeka (TAM) ASNLF/AM (Acheh-Sumatra National Liberation Front) Aceh Meurdehka telah berhasil diselenggarakan dengan Sukses di wilayah Samudra Pasee Oleh komando Pusat (TAM).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan ulang tahun Aceh Merdeka kali ini berhasil dilaksanakan secara khusus di Aceh oleh TAM.
Kemajuan pesat di tahun pertama setelah pengaktifan kembali Tentara yang dipimpin oleh Panglima Komando Pusat Abu Tjhik Teuntra Atjeh Meurdeka (TAM) ASNLF/AM ( Acheh-Sumatra National Liberation Front ) Tahun 2016 ini, telah membangkitkan kembali semangat juang bangsa Aceh, yang berusaha dipadamkan dengan berbagai ulah sekelompok orang yang tidak bertanggung-jawab. Tipu muslihat yang mereka publikasikan untuk menggagalkan aksi-aksi rakyat dalam menyambut 4 Desember pun telah berhasil kita lumpuhkan dengan bukti nyata kerja pejuang-pejuang TAM dan Aktifis ASNLF/AM di lapangan selama ini. Hasilnya, Bendera Bulan Bintang pun berkibar kembali di bumi Aceh dan belahan dunia.
Kerja sama yang solid dari anggota dan pendukung ASNLF/AM di Aceh khususnya Teuntra Atjeh Meurdehka (TAM), memang patut mendapatkan pujian. Mulai dari tanggal 1-4 Desember 2016 bertugas mengamankan lokasi pelaksanaan milad di pedalaman wilayah samudra Pasee, bendera Aceh sudah mulai berani dikibarkan di beberapa tempat oleh semua kalangan, dan di berbagai kawasan lainnya di seluruh Aceh.
Meskipun mendapat ancaman dari pihak keamanan NKRI seperti Polda dan TNI yang bertugas di bumi Aceh selama ini, mengancam melalui statemen-statemen oleh para penguasa lokal yang pro-Indonesia melalui publikasi media lokal, aksi-aksi tersebut telah dilaksanakan dengan sukses sebagai bentuk kebebasan berekspresi masyarakat. Kebebasan ini lah yang secara nyata telah diinjak-injak dengan segala macam ancaman yang tidak mengindahkan penerapan hak-hak azasi manusia. Sebagai contoh, calon Gubenur, Bupati, ketua DPW KPA/PA di Aceh menyatakan:
kalaupun ada memasang bendera bulan bintang, silahkan tembak di tempat.” Akan mengganggu Perdamaian Aceh. Ancaman tersebut merujuk pada ultimatum ketua dan mantan keutuha PA itu sendiri yang mengharamkan penggunaan bendera bulan bintang dalam aksi peringatan 4 Desember di Aceh.
Ironisnya, di saat legislatif lokal Aceh sedang berusaha meloloskan qanun bendera untuk menggunakan bulan bintang sebagai bendera daerah Aceh, petinggi partai lokal justru mengeluarkan ultimatum-ultimatum yang melarang rakyat mengekspresikan diri menggunakan bendera yang dimaksud. Kebijakan kontra-produktif dari penguasa lokal ini jelas-jelas mencerminkan politik cari muka untuk menyenangkan hati pihak Jakarta saja.
Ultimatum senada juga disampaikan Kapolda Aceh bahwa siapa saja yang menaikkan bendera bintang bulan akan ditindak. Sebagai tambahan, pengawalan ketat juga dilakukan oleh gabungan pihak militer dan polisi Indonesia yang bekerja sama dengan pasukan milisi partai lokal yang sudah mulai beroperasi sejak tanggal satu Desember. Pengawalan tersebut dilakukan dengan cara ronda ke pelosok-pelosok kampung untuk menimbulkan intimidasi di masyarakat dalam mengantisipasi penaikan Bendera Aceh Merdeka – bulan bintang.
Namun demikian, di tengah ancaman dan penjagaan yang sangat ketat tersebut, para teuntra Atjeh Meurdehka (TAM) tetap melaksakan acara milad ke 40 dengan sukses di tingkat komando pusat TAM dan di sebahagian wilayah Aceh yang telah aktif pembentukan struktur TAM wilayah.
sehingga kejenuhan rakyat terhadap janji-janji Helsinki dan ketidak-percayaan mereka terhadap sistem Indonesia yang sedang dijalankan di Aceh termanifestasikan kedepan dalam aksi-aksi yang dimaksud.
Seperti yang telah diberitakan di media massa, juru bicara TAM Abu Bakar Al Asyi untuk komando pusat, menyampaikan secara terang- terangan akan anjuran pengibaran bendera bulan bintang sebagai bendera pusaka Aceh, dan mengutuk tindakan penurunan bendera-bendera Aceh Meurdeka yang telah dilakukan oleh aparat keamanan dan satgas KPA/PA. Ia menegaskan bahwa penaikan Bulan Bintang tersebut adalah bentuk pernyataan bangsa Aceh kepada dunia internasional, “inilah bendera Aceh yang sebenarnya”. Ia juga menambahkan bahwa aksi tersebut juga merupakan bentuk kelanjutan perjuangan untuk memerdekakan Aceh dari penjajah Indonesia.
Dan milad kali ini khusus bagi teuntra Atjeh Meurdehka (TAM) sengaja melaksankan dengan cara berbahasa Aceh demi mengembalikan nilai luhur Keacehan bangsa Aceh, dan milad ini dilaksanakan ala militer yang pertama, sebagai pernyataan dan jawaban terhadap pertanyaan berbagai pihak terhadap keberadaan TAM pejuang Neugara Islam Aceh.
Untuk itu, kami dari Teuntra Atjeh Meurdehka (TAM) ASNLF/AM Komando Pusat mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pejuang bangsa Aceh, khususnya yang berada di Aceh, yang telah mengambil resiko yang sangat besar demi terlaksananya milad tanggal 4 Desember tahun 2016 ini . Penghargaan kami yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada perwakilan-perwakilan TAM wilayah dan ASNLF di luar negeri yang juga telah sukses mengibarkan bendera bulan bintang dan acara doa bersama di milad kali ini di tempat masing-masing.
Tertanda,
Jubir Teuntra Atjeh Meurdehka (TAM) Komando Pusat
Abu Bakar Al Asyi